Niat Menembus Batas

Mungkin banyak dari kita yang sudah mendengar ataupun membaca tulisan tentang arti pentingnya niat. Pada dasarnya niat merupakan awal dari segala sesuatunya yang kita akan/ingin lakukan, semua amalan bergantung pada niatnya.

Sebelumnya saya pernah mendengarkan ceramah Ust. Yusuf Mansur seputar tema niat. Beliau mengajarkan kita tentang pentingnya niat. Dalam ceramahnya, disampaikan bahwa jika seseorang berniat menghapal al-quran, namun dalam perjalanan hidupnya ternyata ajal sudah menjemput sebelum orang tersebut berhasil menghapal keseluruhan, insyaAllah...Allah sudah mencatat orang tersebut sebagai penghapal al-quran 30 Juz..aamiin. Beliau mencontohkan kasus lainnya, jika orang berniat haji, lalu berikhtiar dengan usaha keras mengumpulkan uang. Singkat cerita akhirnya bisa membayar uang DP awal, namun umurnya tidak sampai hingga berhaji, insyaAllah..Allah sudah mencatat orang tersebut sudah menunaikan ibadah haji. Pesan cerita lain juga pernah saya dengar dari penceramah lain, dimana saat orang berniat haji hingga terkumpul uang DP awal, ketika akan membayar ternyata ada tetangga/kerabat dekat mengalami musibah sakit keras dan butuh biaya hingga akhirnya ia merelakan uang tersebut. Dalam perjalanan hidupnya ternyata ajal sudah menjemputnya lebih dulu, dikisahkan dalam cerita tersebut Allah swt mencatat orang tersebut sudah menjalani haji dengan predikat HAJI MABRUR....subhanallah.

Analogi lain bisa disamakan seperti kisah diatas, jika kita berniat mengajar, membagi ilmu yang kita miliki, tetapkanlah niat yang baik diawal, insyaAllah kita memperoleh keberkahan dan pahala mengalir selama ilmu tersebut digunakan ataupun diregenerasikan....Aamiin.

Hal diatas pada dasarnya lebih menekankan pada keyakinan, aqidah, percaya dan pasrah pada keputusan Allah swt, tidak ada jaminan hasil akhir yg pasti, karena pada hakikatnya dunia ini tidak kekal, semua menurut kehendak ilahi. Oleh karena itu, mari luruskan niat kita dengan niat yang baik dan bermanfaat.

Orang yang mengejar kebaikan dunia dapat kebaikan dunia, sedangkan orang yang mengejar kebaikan akhirat, dapat keberkahan dunia dan kebaikan akhirat.

Malaikat diberikan akal tanpa hawa nafsu, jadi tugasnya hanya mengabdi, beribadah dan taat kepada Allah swt. Tidak ada nafsu untuk ingkar maupun durhaka kepada Allah swt.

Binatang diberikan hawa nafsu dan insting, segala tindakan dilandaskan atas nafsu dan kepuasan semata. Untuk makan, berkelahi, kawin dsb. Makanya gaya hidup binatang cenderung tidak berubah. Belum ditemukan binatang buat baju sendiri untuk menutup aurat tubuhnya, menciptakan alat untuk makan, mandi, menciptakan kendaraan dsb.

Manusia diciptakan dengan akal pikiran dan hawa nafsu. Segala yang dilakukan didasarkan pada akal pikiran (rasional), ataupun berdasarkan nafsu (keinginan untuk mengejar/mencapai sesuatu). Kedua hal ini bisa berjalan berbarengan ataupun hanya salah satunya saja.
Oleh sebab itu, manusia bisa lebih mulia dari malaikat, jika ia mengutamakan akal pikirannya dan dapat mengontrol hawa nafsunya. Sebaliknya manusia bisa lebih rendah/buruk dari binatang, jika hanya mengutamakan hawa nafsu dan tidak menggunakan akal pikirannya.

Apabila ada seorang kaya memberikan sedekah 1 juta, demikian pula si miskin memberikan jumlah sedekah yg sama. Maka Allah lebih memuliakan si miskin daripada si kaya, karena bagi si kaya uang 1 juta adalah hal biasa dan tidak memberatkan, sedangkan bagi si miskin uang 1 juta merupakan jumlah yg besar dan butuh perjuangan memperolehnya.
Malaikat memang diciptakan untuk taat dan giat beribadah kepada-NYA, namun jika ada seorang manusia muslim giat beribadah dan taat kepada Allah, tentu saja dia akan lebih mulia di hadapan-NYA...insyaAllah.


Semoga tulisan ini memberikan manfaat, khususnya bagi saya pribadi.
Mohon maaf jika ada informasi yang salah atau tidak tepat, mohon koreksinya.

#diketik oleh saya, dibaca oleh siapa saja

Comments

Popular posts from this blog

Apa itu MAHRAM ?

Kehendak, Ijin dan Ridho Allah swt

Goes Outing to Bandung