Rejeki & Pernikahan
Terkadang banyak orang yang punya pemikiran berbeda tentang pernikahan, mungkin diantaranya berpikir kalau nantinya akan jadi ribet, ada yang mengatur pola hidup kita, jadi segala sesuatunya tidak bebas. Ada yang beranggapan klo menikah pengeluarannya besar, harus menghidupi anak istri, biaya belanja bulanan rutin, biaya anak sekolah dan banyak hal lainnya.
Mungkin hal tersebut diatas ada benarnya, tetapi cobalah kita berpikir dari sudut pandang lain, dari sisi positif.
Pernahkah kita mendengar ucapan orang "rejeki sudah ada yang mengatur, tidak akan tertukar, sudah ditentukan ukurannya masing-masing, tidak perlu khawatir" . Menurut saya pribadi, kalimat tersebut ada benar dan ada yang kurang pas, khususnya tentang takaran atau ukuran. Pada dasarnya semua manusia memiliki rejeki yang sama ukurannya, ibarat ada sebuah gudang uang, dimana gudang ini menjadi sumber rejeki untuk semua orang, sumbernya hanya satu yaitu gudang tersebut. Allah yang maha kaya yang memiliki gudang tsb. Semua manusia mengakses gudang itu dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang dengan berdagang, ada yang menawarkan jasa, ada dengan cara halal ataupun cara haram (misalnya korupsi, mencuri atau mengambil hak orang lain). Semuanya mendapatkan uang namun dengan nilai yang berbeda bergantung pada usaha dan amalannya. Ada yang ditempuh dengan usaha dan kerja keras, ada yang dengan cara biasa namun disertai amalan yang luar biasa. Sesungguhnya dalam al-Quran dan Hadist pun terdapat cara-cara dan jalan memperoleh rejeki, diantaranya melakukan shalat dhuha, shalat tahajud, sedekah dsb. Namun memang sulit dilakukan, ada yang kurang menyakini dan lebih percaya metode dunia dalam mencari rejeki, ada yang menjalankan dan istiqomah akhirnya berhasil. Semua kembali lagi pada prinsip dan kemauan masing-masing individu.
Pertanyaan besarnya mungkin akan seperti ini.
Mungkin hal tersebut diatas ada benarnya, tetapi cobalah kita berpikir dari sudut pandang lain, dari sisi positif.
Pernahkah kita mendengar ucapan orang "rejeki sudah ada yang mengatur, tidak akan tertukar, sudah ditentukan ukurannya masing-masing, tidak perlu khawatir" . Menurut saya pribadi, kalimat tersebut ada benar dan ada yang kurang pas, khususnya tentang takaran atau ukuran. Pada dasarnya semua manusia memiliki rejeki yang sama ukurannya, ibarat ada sebuah gudang uang, dimana gudang ini menjadi sumber rejeki untuk semua orang, sumbernya hanya satu yaitu gudang tersebut. Allah yang maha kaya yang memiliki gudang tsb. Semua manusia mengakses gudang itu dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang dengan berdagang, ada yang menawarkan jasa, ada dengan cara halal ataupun cara haram (misalnya korupsi, mencuri atau mengambil hak orang lain). Semuanya mendapatkan uang namun dengan nilai yang berbeda bergantung pada usaha dan amalannya. Ada yang ditempuh dengan usaha dan kerja keras, ada yang dengan cara biasa namun disertai amalan yang luar biasa. Sesungguhnya dalam al-Quran dan Hadist pun terdapat cara-cara dan jalan memperoleh rejeki, diantaranya melakukan shalat dhuha, shalat tahajud, sedekah dsb. Namun memang sulit dilakukan, ada yang kurang menyakini dan lebih percaya metode dunia dalam mencari rejeki, ada yang menjalankan dan istiqomah akhirnya berhasil. Semua kembali lagi pada prinsip dan kemauan masing-masing individu.
Pertanyaan besarnya mungkin akan seperti ini.
- Apakah saat kita melakukan amalan tersebut sudah disertai hati yang iklas ?
- Apakah diiringi dengan doa yang tanpa putus, minimal tiap shalat 5 waktu ?
- Apakah saat sedekah dengan nominal biasa ataukah nominal luar biasa ?
Sebaiknya hal ini dilakukan bukan hanya untuk kepuasan dan keinginan pribadi semata melainkan untuk kepentingan orang lain juga, khususnya orang tua, ingin membahagiakan keluarga, orang lain. Lebih tajam disertai amalan shalawat, bacaan surat al-quran (misalnya waqiah, al-kahfi dsb).
Banyak hal yang bisa dilakukan namun sulit untuk dilakukan, tidak terkecuali saya pribadi. Sesungguhnya Allah swt menurunkan rejekinya dari langit, bumi, dan segala penjuru dunia. Ada yang diperoleh dengan bertahap, ada yang diperoleh dengan cepat, ada pula yang diperoleh dengan quantum leap (jalan pintas dan langsung sampai puncak). Sesungguhnya Allah swt memberikan rejeki sesuai kehendak-NYA, maka carilah keridhaan Allah atas segala apa yang kita lakukan untuk memperoleh rejeki-NYA. Percayalah bahwa Allah yang akan mengatur rejeki kita dari hal yang tidak disangka dan rejeki yang tidak terduga.
Bagaimana dengan pernikahan ?
Banyak hal yang bisa dilakukan namun sulit untuk dilakukan, tidak terkecuali saya pribadi. Sesungguhnya Allah swt menurunkan rejekinya dari langit, bumi, dan segala penjuru dunia. Ada yang diperoleh dengan bertahap, ada yang diperoleh dengan cepat, ada pula yang diperoleh dengan quantum leap (jalan pintas dan langsung sampai puncak). Sesungguhnya Allah swt memberikan rejeki sesuai kehendak-NYA, maka carilah keridhaan Allah atas segala apa yang kita lakukan untuk memperoleh rejeki-NYA. Percayalah bahwa Allah yang akan mengatur rejeki kita dari hal yang tidak disangka dan rejeki yang tidak terduga.
Bagaimana dengan pernikahan ?
- Sesungguhnya pernikahan membuka jalan pintu rejeki, pintu rejeki untuk istri dan juga pintu rejeki untuk anak.
- Suami istri ibarat sesuatu yang dijadikan berpasangan, seperti halnya sayap pada burung, kaki pada manusia. Itu berpasangan dan menjadikannya sempurna, bisa terbang tinggi ataupun berlari cepat. Jadi, bagi suami/istri jangan ragu untuk mengajak istri/suami nya untuk berdoa bersama, ajaklah untuk dhuha bersama, tahajud bersama, insyaAllah amalan tersebut akan lebih cepat sampai ibarat burung terbang tinggi dengan kedua sayapnya.
Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penyampaian ataupun kata-kata, segala sesuatu yang benar datangnya dari Allah swt, sedangkan kesalahan/kekhilafan dari saya pribadi.
#diketik oleh saya, dibaca oleh siapa saja
Comments
Post a Comment